Contoh makalah tentang Implementasi Bhineka Tunggal Ika bagi Bangsa Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang MasalahIndonesia adalah salah satu Negara multikultural terbesar di dunia, yang beranekaragam suku, budaya, bahasa daerah, dan agama, hal ini dapat kita lihat dari sosial kultur yang begitu beragam terdapat lebih dari 300 etnik atau suku di Indonesia. Namun, keanekaragaman di indonesia masih menimbukan berbagai macam konflik yang dihadapi bangsa ini. Dimulai dari perselisihan kecil yang melibatkan satu dua orang yang kemudian menyebar dan menjadi konflik antar suku ataupun agama. Konflik-Konflik yang tak kunjung reda melahirkan kerusuhan-kerusuhan di beberapa wilayah di Indonesia yang melibatkan suku-suku berbeda wilayah tersebut dan mengganggu stabilisasi Negara.
Baca Juga
Keanekaragam budaya bangsa Indonesia menunjukan suatu kekayaan budaya yang merupakan modal dan landasan bagi pengembangan budaya bangsa selurunya dan hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh kita semua. Kebhinekaan dengan sistem sosial dan budaya di indonesia merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri, dengan keanekaragaman yang ada pada bangsa indonesia ini diharapkan tidak menuju perpecahan tetapi harus menuju pada persatuan dan kesatuan bangsa sebagaimana makna yang terkandung dalam Bhineka Tunggal Ika.
B.Rumusan Masalah
- Bagaimana sejarah terbentuknya Bhineka Tunggal Ika?
- Bagaimana menjaga kerukunan Bangsa Indonesia yang Bermultikulturalisme?
- Bagaimana mengimplementasikan Bhineka Tunggal Ika untuk memperkokoh Bangsa Indonesia?
- Untuk mengetahui sejarah dari Bhineka Tunggal Ika
- Untuk mengetahui cara menjaga kerukunan Bangsa Indonesia yang bermultikulturalisme
- Untuk mengimplementasikan Bhineka Tunggal Ika agar memperkokoh Bangsa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.Sejarah Terbentuknya Bhineka Tunggal Ika
Awal mulanya Semboyan yang dijadikan Semboyan yang dijadikan Semboyan resmi Negara Indonesia sangat panjang, yaitu: Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Darma Manggrawa. Semboyan Bhineka Tunggal Ika dikenal pertama kalinya pada masa Majapahit era kepemimpinan Wisnuwardhana Perumusan semboyan Bhineka Tunggal Ika ini dilakukan oleh Mpu Tantular dalam kitab Sutasoma.
Perumusan semboyan ini pada dasarnya merupakan pernyataan kreatif dalam usaha mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan. Hal itu dilakukan sehubungan usaha bina Negara kerajaan Majapahit saat itu. Semboyan Negara Indonesia ini telah memberikan nilai-nilai inspiratif terhadap sistem pemerintahan pada masa kemerdekaan. Bhineka Tunggal Ika pun telah menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam kitab Sutasoma, definisi Bhineka Tunggal Ika lebih ditekankan pada perbedaan dalam hal kepercayaan dan keanekaragaman agama yang ada di kalangan masyarakat Majapahit. Namun, sebagai semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, konsep Bhineka Tungggal Ika bukan hanya perbedaan agama dan kepercayaan menjadi fokus, tapi pengertiannya lebih luas. Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara memiliki cakupan lebih luas, seperti perbedaan suku, bangsa, budaya (adat istiadat), beda pulau, dan tentunya agama dan kepercayaan yang menuju persatuan dan kesatuan Nusantara.
Jika diuraikan kata per kata, Bhineka berarti Berbeda, Tunggal berarti Satu, dan Ika berarti Itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa walaupun berbeda-beda, tapi pada hakekatnya satu. Dengan kata lain, seluruh perbedaan yang ada di Indonesia menuju tujuan yang satu atau sama, yaitu bangsa dan Negara Indonesia.
Berbicara mengenai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia, lambang Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika ditetapkan secara resmi menjadi bagian dari Negara Indonesia melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 66 Tahun 1951 pada 17 Oktober 1951 dan di-Undang-kan pada 28 Oktober 1951 sebagai Lambang Negara. Usaha pada masa Majapahit maupun pada masa pemerintahan Indonesia berlandaskan pada pandangan yang sama, yaitu pendangan mengenai semangat rasa persatuan, kesatuan dan kebersamaan sebagai modal dasar untuk menegakkan Negara.
Sementara itu, semboyan “Tan Hana Darma Mangrwa dipakai sebagai motto lambang Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas). Makna dari semboyan itu adalah “Tidak ada kebenaran yang bermuka dua”. Namun, Lemhanas kemudian mengubah semboyan tersebut mejadi yang lebih praktis dan ringkas, yaitu “Bertahan karena benar”. Makna “Tidak ada kebenaran bermuka dua” sebenarnya memiliki pengertian agar hendaknya manusia senantiasa berpegangan dan berlandaskan pada kebenaran yang satu.
Berbicara mengenai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia, lambang Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika ditetapkan secara resmi menjadi bagian dari Negara Indonesia melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 66 Tahun 1951 pada 17 Oktober 1951 dan di-Undang-kan pada 28 Oktober 1951 sebagai Lambang Negara. Usaha pada masa Majapahit maupun pada masa pemerintahan Indonesia berlandaskan pada pandangan yang sama, yaitu pendangan mengenai semangat rasa persatuan, kesatuan dan kebersamaan sebagai modal dasar untuk menegakkan Negara.
Sementara itu, semboyan “Tan Hana Darma Mangrwa dipakai sebagai motto lambang Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas). Makna dari semboyan itu adalah “Tidak ada kebenaran yang bermuka dua”. Namun, Lemhanas kemudian mengubah semboyan tersebut mejadi yang lebih praktis dan ringkas, yaitu “Bertahan karena benar”. Makna “Tidak ada kebenaran bermuka dua” sebenarnya memiliki pengertian agar hendaknya manusia senantiasa berpegangan dan berlandaskan pada kebenaran yang satu.
B. Bagaimana Menjaga Kerukunan Bangsa Indonesia yang Multikultural1. Perilaku Inklusif
Dalam kehidupan bersama yang menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika memandang bahwa dirinya, baik itu sebagai individu atau kelompok masyarakat merasa dirinya hanya merupakan sebagian dari kesatuan dari masyarakat yang lebih luas. Betapa besar dan penting kelompoknya dalam kehidupan bersama, tidak memandang rendah dan menyepelekan kelompok yang lain. Masing-masing memiliki peran yang tidak dapat diabaikan, dan bermakna bagi kehidupan bersama.
2. Mengakomodasikan Sifat Pluralistik
Bangsa Indonesia sangat pluralistik ditinjau dari keragaman agama yang dipeluk oleh masyarakat, aneka adat budaya yang berkembang di daerah, suku bangsa dengan bahasanya masing-masing, dan menempati ribuan pulau yang tiada jarang terpisah demikian jauh pulau yang satu dari pulau yang lain. Tanpa memahami makna pluralistik dan bagaimana cara mewujudkan persatuan dalam keanekaragaman secara tepat, dengan mudah terjadi disintegrasi bangsa. Sifat toleran, saling hormat menghormati, mendudukkan masing-masing pihak sesuai dengan peran, harkat dan martabatnya secara tepat, tidak memandang remeh pada pihak lain, apalagi menghapus eksistensi kelompok dari kehidupan bersama, merupakan syarat bagi lestarinya negara-bangsa Indonesia. Kerukunan hidup perlu dikembangkan dengan sepatutnya. Suatu contoh sebelum terjadi reformasi, di Ambon berlaku suatu pola kehidupan bersama yang disebut pela gandong, suatu pola kehidupan masyarakat yang tidak melandaskan diri pada agama, tetapi semata-mata pada kehidupan bersama pada wilayah tertentu. Pemeluk berbagai agama berlangsung sangat rukun, bantu membantu dalam kegiatan yang tidak bersifat ritual keagamaan. Mereka tidak membedakan suku-suku yang berdiam di wilayah tersebut, dan sebagainya. Sayangnya dengan terjadinya reformasi yang mengusung kebebasan, pola kehidupan masyarakat yang demikian ideal ini telah tergerus arus reformasi.
3. Tidak Mencari Kemenangan Sendiri
Menghormati pendapat pihak lain, dengan tidak beranggapan bahwa pendapatnya sendiri yang paling benar, dirinya atau kelompoknya yang paling hebat perlu diatur dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika. Dapat menerima dan memberi pendapat merupakan hal yang harus berkembang dalam kehidupan yang beragam. Perbedaan ini tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi dicari titik temu. Bukan dikembangkan divergensi, tetapi yang harus diusahakan adalah terwujudnya konvergensi dari berbagai keanekaragaman. Untuk itu perlu dikembangkan musyawarah untuk mencapai mufakat.
4. Musyawarah untuk Mencapai Mufakat
Dalam rangka membentuk kesatuan dalam keanekaragaman diterapkan pendekatan “musyawa-rah untuk mencapai mufakat.” Bukan pendapat sendiri yang harus dijadikan kesepakatan bersama, tetapi common denominator, yakni inti kesamaan yang dipilih sebagai kesepakatan bersama. Hal ini hanya akan tercapai dengan proses musyawarah untuk mencapai mufakat. Dengan cara ini segala gagasan yang timbul diakomodasi dalam kesepa-katan. Tidak ada yang menang tidak ada yang kalah. Inilah yang biasa disebut sebagai win win solution.
5. Dilandasi Kasih Sayang dan Rela Berkorban
Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus dibuang jauh-jauh. Saling percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati, dengki harus dibuang dari kamus Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini akan berlangsung apabila pelaksanaan Bhnneka Tunggal Ika menerap-kan adagium “leladi sesamining dumadi, sepi ing pamrih, rame ing gawe, jer basuki mowo beyo.” Eksistensi kita di dunia adalah untuk memberikan pelayanan kepada pihak lain, dilandasi oleh tanpa pamrih pribadi dan golongan, disertai dengan pengorbanan. Tanpa pengorbanan, sekurang-kurangnya mengurangi kepentingan dan pamrih pribadi, kesatuan tidak mungkin terwujud.
6. Toleran dalam Perbedaan
Setiap penduduk Indonesia harus memandang bahwa perbedaan tradisi, bahasa, dan adat-istiadat antara satu etnis dengan etnis lain sebagai, antara satu agama dengan agama lain, sebagai aset bangsa yang harus dihargai dan dilestarikan. Pandangan semacam ini akan menumbuhkan rasa saling menghormati, menyuburkan semangat kerukunan, serta menyuburkan jiwa toleransi dalam diri setiap individu.
C. Pengimplementasian Bhineka Tunggal Ika untuk Memperkokoh Bangsa Indonesia
Dalam rangka membentuk kesatuan dari keanekaragaman tidak terjadi pembentukan konsep baru dari keanekaragaman konsep-konsep yang terdapat pada unsur-unsur atau komponen bangsa. Suatu contoh di negara tercinta ini terdapat begitu aneka ragam agama dan kepercayaan. Dengan ketunggalan Bhinneka Tunggal Ika tidak dimaksudkan untuk membentuk agama baru. Setiap agama diakui seperti apa adanya, namun dalam kehidupan beragama di Indonesia dicari common denominator, yakni prinsip-prinsip yang ditemui dari setiap agama yang memiliki kesamaan, dan common denominator ini yang kita pegang sebagai ketunggalan, untuk kemudian dipergunakan sebagai acuan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Demikian pula halnya dengan adat budaya daerah, tetap diakui eksistensinya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan kebangsaan. Faham Bhinneka Tunggal Ika, yang oleh Ir Sujamto disebut sebagai faham Tantularisme, bukan faham sinkretisme, yang mencoba untuk mengembangkan konsep baru dari unsur asli dengan unsur yang datang dari luar.
- Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat sektarian dan eksklusif; hal ini bermakna bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak dibenarkan merasa dirinya yang paling benar, paling hebat, dan tidak mengakui harkat dan martabat pihak lain. Pandangan sektarian dan eksklusif ini akan memicu terbentuknya keakuan yang berlebihan dengan tidak atau kurang memperhitungkan pihak lain, memupuk kecurigaan, kecemburuan, dan persaingan yang tidak sehat. Bhinneka Tunggal Ika bersifat inklusif. Golongan mayoritas dalam hidup berbangsa dan bernegara tidak memaksakan kehendaknya pada golongan minoritas.
- Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat formalistis yang hanya menunjukkan perilaku semu. Bhinneka Tunggal Ika dilandasi oleh sikap saling percaya mempercayai, saling hormat menghormati, saling cinta mencintai dan rukun. Hanya dengan cara demikian maka keanekaragaman ini dapat dipersatukan.
- Bhinneka Tunggal Ika bersifat konvergen tidak divergen, yang bermakna perbedaan yang terjadi dalam keanekaragaman tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi dicari titik temu, dalam bentuk kesepakatan bersama. Hal ini akan terwujud apabila dilandasi oleh sikap toleran, non sektarian, inklusif, akomodatif, dan rukun.
- Prinsip atau asas pluralistik dan multikultural Bhinneka Tunggal Ika mendukung nilai: inklusif, tidak bersifat eksklusif,terbuka,eksistensi damai dan kebersamaan,kesetaraan,tidak merasa yang paling benar,toleransi, musyawarah disertai dengan penghargaan terhadap pihak lain yang berbeda.
Penampilan perilaku yang mencerminkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika dapat dilakukan di berbagai lingkungan kehidupan, yaitu di lingkungan keluarga. sekolah, dan masyarakat.
Di Lingkungan Keluarga
Di dalam keluarga sebagai unsur terkecil masyarakat terjadi pergaulan yang akrab dan dinamis sehingga keutuhan dan kerukunan keluarga dapat terwujud.
Beberapa sikap perilaku yang perlu dikembangkan dalam keluarga untuk memajukan pergaulan d’emi keutuhan dan kesatuan, misalnya
- saling mencintai sesarna anggota keluarga;
- mengakui keberadaan dan fungsi tiap-tiap anggota keluarga;
- mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepa salira;
- tidak memaksakan kehendak kepada orang lain; dan
- adanya keterbukaan antaranggota keluarga.
Di Lingkungan Sekolah
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan memiliki misi khusus dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Beberapa sikap perilaku yang mencerm inkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika, misalnya
- menaati peraturan tata tertib sekolah;
- menghindan perselisihan maupun pertengkaran antarwarga sekolah;
- tidak membeda-bedakan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA);
- menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam bergaul antar warga sekolah:
- menjaga nama baik sekolah;
- melaksanakan upacara bendera dengan khidmat dan disiplin.
Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap pertumbuhan generasi muda sangat besar. Oleh karena itu. sikap perilaku yang mencerminkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan masyarakat yang ber-Bhinneka Tunggal Ika perlu dikembangkan, misalnya
- hidup rukun dengan semangat kekeluargaan antarwarga masyarakat;
- setiap warga masyarakat menyelesaikan masalah sosial secara bersama-sama;
- bergaul dengan sesama warga masyarakat dengan tidak membeda-bedakan suku, agama, ras ataupun aliran;
- menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam bergaul antar suku bangsa; dan
- mengadakan bakti sosial.
Sikap perilaku yang mencerminkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan kenegaraan yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. Misalnya
- mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan;
- memberikan kesempatan yang sama kepada suku hangsa untuk memperk enalkan kesenian daerahnya ke daerah lainnya.
- memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa; dan
- memberikan kesempatan yang sama kepada semua daerah untuk mengemb angkan kebudayaan daerah.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Awalnya Bhineka Tunggal Ika bernama Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Darma Manggrawa. Semboyan Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Darma Mangrwa adalaha ungkapan yang meamaknai kebenaran aneka unsur kepercayaan pada Majapahit. Jika diuraikan kata per kata, Bhineka berarti Berbeda, Tunggal berarti Satu, dan Ika berarti Itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa walaupun berbeda-beda, tapi pada hakekatnya satu. Dengan kata lain, seluruh perbedaan yang ada di Indonesia menuju tujuan yang satu atau sama, yaitu bangsa dan Negara Indonesia.
Menjaga bangsa Indonesia yang bermultikultural dengan berperiaku Inklusif, mengakomodasikan sifat Pluralistik, tidak mencari kemenangan sendiri, musyawarah untuk mencapai mufakat, dilandasi kasih sayang dan rela berkorban, toleran dalam perbedaan.
Pengimplementasian Bhineka Tunggal Ika dapat mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan negara.
B. SARAN
Saran penulis kepada pembaca, agar pembaca dapat mengetahui bagaimana implementasi memperkokoh Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Awalnya Bhineka Tunggal Ika bernama Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Darma Manggrawa. Semboyan Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Darma Mangrwa adalaha ungkapan yang meamaknai kebenaran aneka unsur kepercayaan pada Majapahit. Jika diuraikan kata per kata, Bhineka berarti Berbeda, Tunggal berarti Satu, dan Ika berarti Itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa walaupun berbeda-beda, tapi pada hakekatnya satu. Dengan kata lain, seluruh perbedaan yang ada di Indonesia menuju tujuan yang satu atau sama, yaitu bangsa dan Negara Indonesia.
Menjaga bangsa Indonesia yang bermultikultural dengan berperiaku Inklusif, mengakomodasikan sifat Pluralistik, tidak mencari kemenangan sendiri, musyawarah untuk mencapai mufakat, dilandasi kasih sayang dan rela berkorban, toleran dalam perbedaan.
Pengimplementasian Bhineka Tunggal Ika dapat mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan negara.
B. SARAN
Saran penulis kepada pembaca, agar pembaca dapat mengetahui bagaimana implementasi memperkokoh Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
- Guru PPkn, http://nachabu.ilmci.com//implementasi-bhineka-tunggal-ika.aspx (diunduh tanggal 19 Mei 2018)
- H.A.R Tilaar. 2004. Kekuatan dan Pendidikan.(Online) Jakarta: Grasindo.
- Kanvasalfabet.blogspot.co.id5/2014/12/implementasi-konsep-bhinneka-tunggal.html. (Online)
- Soerjono, Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar.(Online) Jakarta: Rajawali Pers.
0 Response to "Contoh makalah tentang Implementasi Bhineka Tunggal Ika bagi Bangsa Indonesia"
Post a Comment